Saturday, May 23, 2009

Herbal Penolak Kemoterapi

domain gratis, mau!!
Sejuknya ruang tunggu rumahsakit itu tak mampu mendinginkan perasaan Mira Sarasasih Purbasari. Dadanya bergemuruh, tangan bergetar memegang amplop putih. Perempuan itu membuka amplop dan menarik secarik kertas hasil pemeriksaan ultrasonografi. Ia membaca diagnosis dokter: kanker payudara stadium 2.

Dunia seakan gelap. Di kursi ruang tunggu itu matanya terpejam. Ia teringat bibinya yang menyudahi hidup pada usia 65 tahun karena kanker payudara. Maut menjemput setelah 5 tahun ia bergelut dengan penyakit ganas itu. Tiba-tiba perasaan takut menghampirinya. Mira yang saat itu 31 tahun takut senasib dengan sang bibi. Maklum peluang kesembuhan penderita kanker payudara stadium 2 cuma 30 - 40%.

Dokter yang memeriksa menyarankan Mira menjalani kemoterapi. Namun, Mira menolak. Penderitaan bibi saat menjalani kemoterapi belum terhapus dari ingatan: rambut rontok, kulit keriput, nafsu makan berkurang, dan wajah letih. Menurut dr Henry Naland SpBOnk, hampir semua manusia mempunyai onkogen alias gen pembawa kanker di kromosom. Ketika berjumpa karsinogen alias zat penyebab kanker, sel normal berubah menjadi sel ganas yang tak kunjung mati.

Itulah sel kanker. 'Namun, sistem kekebalan tubuh yang baik bisa menghambat timbulnya kanker,' kata Henry. Henry mengatakan, pemicu kanker, termasuk kanker payudara, antara lain tingginya konsumsi makanan berlemak dan rendahnya konsumsi makan berserat. Timbunan lemak itu dapat memacu perkembangan sel secara berlebihan dan menimbulkan kanker.

Itu persis gaya hidup Mira. Bungsu dari 4 bersaudara itu penggemar makanan cepat saji. Setiap hari, sekali lagi, setiap hari ia selalu menyantap burger dan ayam goreng cepat saji. Pangan favorit lain? Soto jeroan kambing dan sapi tak luput dilahapnya. Kedai-kedai penyedia makanan favoritnya di seantero Bandarlampung sudah ia datangi.

Selain itu ia kerap bekerja lembur sehingga pola tidurnya tak teratur. Dampak kondisi itu diperparah dengan tingginya tekanan pekerjaan sehingga melahirkan stres. Dengan gaya hidup itu, Mira tak sadar dirinya sedang diintai pembunuh berdarah dingin, kanker payudara.

Herbal

Di tengah kegundahan, Mira teringat temannya Ema Rahayu pengidap kanker payudara dan sembuh setelah mengkonsumsi herbal. Itu menjadi inspirasi bagi Mira. Perempuan kelahiran 19 Agustus 1977 itu bergegas menemui herbalis Mochammad Yusuf di Sukabumi, Jawa Barat.

Yusuf menekuni pengobatan timur sejak 47 tahun lampau. Pria kelahiran Sukabumi itu meresepkan masing-masing 30 g xia gu cao Prunella vulgaris, se shi cao Lycopodirum japonica, ban zi lian Scutellaria barbata, dan hai zao Sargassum pallidum. Selain itu Yusuf juga meresepkan 20 g bu gang ying, 12 g dang gui Angelica sinensis, dan 20 g shan xi gu Cremastra appendiculate. Mira merebus ramuan itu dalam 5 gelas air hingga mendidih dan tersisa segelas. Ia meminum hasil rebusan itu 2 kali sehari pada pagi dan malam. Gunanya tak hanya membunuh sel kanker tapi juga memperkuat lambung dan memperbaiki kondisi tubuh.

Menurut Yusuf, kanker bisa timbul akibat pola hidup yang tidak seimbang. Ia menganalogikan daya tahan tubuh dan penyakit dengan timbangan. Bila penyakit naik, daya tahan tubuh turun, pun sebaliknya. Untuk mencegah penyakit merajalela, Yusuf menyarankan pola hidup seimbang.

Makanan yang dikonsumsi harus seimbang antara yang bersifat 'yin' alias dingin dan panas alias 'yang'. Terlalu banyak konsumsi makanan bersifat 'yang' seperti gorengan dan jeroan menjadi pendorong timbulnya kanker. Kurangnya istirahat, stres, dan faktor genetika pada Mira, menurut Yusuf bisa pula menjadi sebab timbulnya kanker payudara.

Seimbang

Menurut Yusuf, senyawa melatonin yang terdapat dalam resep herbal hai zao mampu menghancurkan sel kanker. Hartono Chong, herbalis di Jakarta sepakat hai zao sebagai penumpas kanker andal. Sel kanker yang terbunuh kemudian dikeluarkan melalui urine atau keringat.

Yusuf menganalogikan herba mengatasi kanker, seperti pohon dengan semut. Bila semut adalah sel kanker, pohon ibarat tubuh manusia. Pengobatan secara kimia berupaya memotong sarang semut. Celakanya semut keluar dari sarang dan berpindah ke bagian pohon lain. Sebaliknya, pengobatan herbal bekerja dengan jalan mematikan si 'semut' alias sel kanker terlebih dahulu. Akibatnya, sarang semut alias sel kanker pada bagian tubuh perlahan mati karena tak memperoleh pasokan makanan dari semut.

Mira bertekad kuat untuk disiplin mengkonsumsi ramuan itu. Namun, 10 hari berselang ia merasa perutnya bergejolak. Ia berkali-kali buang air hingga sehari 10 kali. Semula Mira menghentikan konsumsi herbal itu. Yusuf, konsultan rumahsakit militer di Guangzhou, China, itu meyakinkan bahwa itu gejala normal sebagai indikasi obat herbal membersihkan racun alias detoksifi kasi. Mira pun kembali melanjutkan konsumsi. Sepekan berselang, ia merasakan kondisi tubuhnya lebih fit.

Itulah sebabnya Mira memeriksakan diri ke sebuah klinik di Bandung. Ia harap-harap cemas ketika selembar hasil tes terbuka di hadapannya. Tangannya bergetar membuka amplop. Namun, begitu mengetahui hasil tes menunjukkan kanker payudara mengecil menjadi 2,5 - 3 cm dari sebelumnya 4 cm, Mira sontak bersorak gembira.

Mira pun melanjutkan mengkonsumsi herbal dari Yusuf. Kini, benjolan sebesar biji kedelai itu tak teraba lagi oleh sentuhan tangan, kondisi tubuhnya pun membaik. Bobot tubuhnya kembali ke posisi awal 55 kg; sebelumnya 45 kg. Menjaga agar kanker payudara tak mengganas lagi, ia pun terus mengkonsumsi herbal. Makanan bersifat 'yin' seperti pir, apel, dan semangka dikonsumsi. Masa depan yang dulu sempat terenggut, kini membentang cerah di hadapannya. (Faiz Yajri)

Tanah Dijual Blog Advertising