Saturday, May 23, 2009

Kisah Sofia Tanggalkan Kacamata

domain gratis, mau!!
Berpindah kursi ke baris terdepan, tak sepenuhnya mengatasi masalah Uyus Siti Sofi ah. Jarak pandangnya cuma 2 meter. Dengan berpindah tempat, ia memang mampu membaca tulisan di papan tulis. Namun, matanya tetap saja gatal, berair, dan memerah karena ia kerap mengucek.

Semakin hari, pandangan siswa sebuah SMA di Kabupaten Bandung itu justru kian kabur. Meski sudah duduk di kursi terdepan, kerap kali Sofia mengernyitkan dahi ketika membaca tulisan di papan tulis. Bukan hanya itu gangguan kesehatan Siti Sofia. Ia juga mudah pusing setiap kali terkena terik sinar matahari. 'Mata seakan mau copot karena saking pusingnya,' kata Sofia. Itulah gangguan sulung 3 bersaudara menjelang ujian SMA.

Ia tak tahan lagi dengan gangguan itu sehingga memeriksakan diri ke dokter spesialis mata di Bandung, Jawa Barat. Hasil diagnosis dokter, mata Sofia minus 3,75 dengan silindris 1,5. Sofia mengatakan itu buah dari kebiasaan membaca sambil tiduran. Sejak berusia 8 tahun, Sofia kecil memang acap membaca majalah anak-anak, komik, dan buku pelajaran sembari tiduran. Namun, sejatinya bukan posisi membaca yang menyebabkan mata rusak, tetapi cahaya yang menerangi. Cahaya terlalu terang atau gelap menyebabkan mata bekerja ekstra. Dampaknya ia rasakan 10 tahun kemudian. Dokter mendiagnosis Sofia rabun jauh alias miopi.

Miopi

Menurut dr Ma'sum Effendi, SpM, dokter spesialis mata di Rumah Sakit Umum Saiful Anwar, Malang, rabun merupakan kelainan pada mata akibat ketidaknormalan lengkungan lensa mata serta panjang sumbu mata. Bayangan jatuh di depan retina yang mengakibatkan pandangan buram. Jika seseorang yang pada awalnya rabun jauh, kemudian membaik, kemungkinan mengalami pseudomiopia alias miopi tidak sejati.

'Itu terjadi sementara saja karena otot ciller yang berperan dalam akomodasi lensa mengalami kontraksi berlebih. Ini berakibat bayangan benda yang dilihat berada di depan retina,' kata dokter alumnus Universitas Brawijaya itu. Gangguan itu timbul pada orang yang melakukan akomodasi ekstra pada saat tertentu, misalnya pada kasus Sofia belajar atau membaca sambil tiduran yang menghalangi pasokan cahaya. Pseudomiopia masih bisa diatasi dengan obat-obat yang merelaksasi otot ciller.

Untuk mengatasi gangguan kesehatan itu, ibundanya, Siti Djuariah, membuatkan jus wortel. Umbi Daucus carota itu lazim dikonsumsi untuk meningkatkan kualitas fungsi mata. Wortel mengandung vitamin A, betakaroten, dan pektin. Sofia berharap jus wortel membantu mengatasi mata minus. Meski disiplin mengkonsumsi jus sayuran kerabat seledri itu, hasilnya tak begitu signifikan.

Minus Sofia memang berkurang, menjadi 2,5, tetapi itu dicapai setelah 20 tahun mengkonsumsi jus wortel. Menurut Ma'sum, sayuran anggota famili Apiaceae itu memang kaya nutrisi untuk kesehatan mata. Fungsinya untuk menjaga saraf retina. Namun, bukan berarti jus wortel mampu mengatasi rabun jauh.

Oleh karena itu ketika Dian Wulan, temannya , menyarankan untuk mengkonsumsi spirulina dan chlorella, Sofia pun tertarik. Sejak Maret 2004, Sofia - kini guru sebuah SMA negeri di Kabupaten Bandung - mengkonsumsi paduan spirulina dan chlorella. Dosisnya 10 tablet per hari yang diminum sekaligus.

Perlahan Sofia merasakan kenyamanan menjalar di sekujur tubuh. Mata pun terasa nyaman dan tak mudah lelah. Tiga bulan berselang, merasa kondisi matanya membaik Sofia memeriksakan diri ke dokter spesialis mata. Dokter menganjurkan Sofia mengganti kacamata, sebab minus berkurang menjadi 1¼ dan silindris 1.

Sofia pun menuruti saran dokter dan melanjutkan konsumsi kedua ganggang itu. Dosis dan frekuensi tetap. Sebulan berselang hasil pemeriksaan menunjukkan minus turun lagi menjadi ½ dan silindris menghilang. 'Akhirnya datang juga waktu yang ditunggu selama 21 tahun untuk tidak berkacamata,' tutur Sofia dengan penuh gembira.

Lengkap

Spirulina dan chlorella membantu mengatasi rabun jauh? Begitulah bukti empiris yang dialami Sofia. Spirulina selama ini sering ditabalkan sebagai salah satu nutrisi terbaik di dunia. Mafhum saja kandungan nutrisinya memang lengkap. Setiap 10 g spirulina mengandung 23.000 IU betakaroten, 8 mg zeasantin, dan 1.500 mg fikosianin. Senyawa-senyawa itu berperan sebagai antioksidan yang meningkatkan kekebalan tubuh, terutama zeasantin sebagai antioksidan pelindung mata. Kandungan betakaroten spirulina 20 kali lebih tinggi dibanding semangka.

Menurut Dr Komari MSc, periset Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, kandungan vitamin A ganggang anggota famili Oscillatoriaceae itu baik bagi kesehatan mata. Sementara Prof Dr Ali Khomsan, guru besar Ilmu Gizi Masyarakat IPB, mengatakan protein spirulina 3 kali lebih tinggi daripada daging sapi, kalsium 6 kali lebih tinggi ketimbang susu, dan zat besi 100 kali lebih tinggi daripada bayam.

Akan halnya chlorella, si alga mikro karena berukuran mungil dari 0,2 - 0,02 cm (10-6- 10-4 m) - pun tak kalah digdaya dibanding spirulina. Anggota famili Chlorophyeceae itu kaya protein, karbohidrat, vitamin B kompleks, lutein, vitamin C dan E, dan asam amino. Selain itu chlorella juga mengandung Chlorella Growth Factor yang ampuh untuk regenerasi sel dan mempercepat pemulihan penyakit.

Menurut Ir Ihsan Ul Amri, ahli gizi di Jakarta, sebaiknya konsumsi spirulina dan chlorella bersamaan. Tujuannya, agar tubuh menyerap optimal nutrisi yang dikandung di dalam keduanya. Alumnus Gizi Masyarakat IPB itu mencontohkan, lutein yang terkandung dalam chlorella ampuh meningkatkan penyerapan karoten dalam spirulina yang bermanfaat bagi kesehatan mata.

Itu sejalan hasil riset John T Landrum dari Departemen Kimia, Florida International University, Miami, Amerika Serikat. Ia menyatakan kandungan lutein dan zeasantin, hasil kombinasi spirulina dan chlorella ampuh meningkatkan kepadatan makula dari karotenoid yang terdapat dalam serum dan retina.

Makula, bagian paling vital di retina, merupakan daerah kecil di tengah retina yang mengandung jutaan sel. Fungsinya membantu menajamkan penglihatan saat membaca atau melihat objek. Lutein dan zeasantin berperan sebagai pelindung lensa manusia dari paparan sinar ultraviolet penyebab terjadinya reaksi oksidasi protein dan lemak yang banyak menyusun mata. Berkat duet ganggang itu Sofia dapat mengucapkan selamat tinggal pada lensa kacamata yang selama 21 tahun setia menemaninya. (Faiz Yajri)

Tanah Dijual Blog Advertising