Sunday, April 12, 2009

Tak Ada Wikipedia di Lapak Buku Bekas

Melihat tumpukan Encyclopedia Britannica di lapak buku bekas, beberapa pekan silam, saya tertegun. “Ini sebentar lagi menjadi sejarah. Atau, mungkin sudah…” ujar saya dalam hati sambil mendekat, lalu mengusap sampul-sampul tebal dan gelap itu. Penggantinya: Wikipedia. Ah, pasti cukup banyak di antara Anda yang mencibir: “Masak pseudo-ensiklopedia kayak gitu dipercaya…” Mari kita mudik sejenak ke 2001. Jimmy Wales, seorang pengusaha tajir, mulai membangun sebuah ensiklopedia online dengan cara yang benar-benar baru. Revolusioner. Dia menamainya “Wikipedia.” Dalam bahasa Hawaii, Wiki bermakna “cepat.”
Ya, metode pembuatannya sangat berbeda dengan Britannica yang dikerjakan para pakar selaku kontributor. Lalu sekelompok editor bekerja untuk coba memastikan bahwa kekeliruan telah pergi menjauh. Cara ini juga lazim ditempuh dalam penyusunan ensiklopedia-ensiklopedia lain. Wikipedia justru “ultra-demokratis”: siapa saja bisa menyumbang bahan alias menjadi kontributor. Syaratnya cuma satu, yaitu punya akses Internet. Tak mengherankan jika jumlah entri-nya hampir mencapai 12 juta, dalam berbagai bahasa. Terbanyak adalah edisi Bahasa Inggris yang lebih dari 2,5 juta entri. Nah, justru karena siapa saja bisa menjadi kontributor maka cibiran semacam di atas meluncur deras. Jadi, sampahkah Wikipedia? Saya ingin mengajak Anda untuk menengok lagi buku yang beberapa waktu lalu menjadi buah bibir: The Long Tail karya Chris Anderson. Dalam salah satu bagian, Anderson menyampaikan “pledoi” buat Wikipedia. Meyakinkankah pembelaan tersebut? Sila takar sendiri. Anderson mengakui, Wikipedia memang tak otoritatif. Tapi, perhatikan fakta-fakta berikut. Pada sebuah riset jurnal ilmiah Nature pada 2005, ditemukan bahwa dalam 42 entri untuk bidang sains rata-rata ada empat kesalahan dalam entri Wikipedia dan tiga kesalahan per entri di Britannica. Dan, segera setelah laporan itu terbit, kesalahan-kesalahan di Wikipedia dikoreksi. Britannica? Tunggu cetak ulang berikutnya (Kita tentu saja tak sedang membicarakan versi online dari Britannica). Persis di sana terletak senjata Wikipedia untuk mengempang kesalahan akibat tiadanya seleksi kontributor: koreksi bisa dilakukan siapa saja, kapan saja. Bagaimana jika dalam “koreksi” itu mengandung kesalahan lain? Para penggemarnya yang kian banyak bertindak sebagai sebuah sistem kekebalan, yang dengan sigap dan tanggap bereaksi terhadap apapun yang mengancam. Dua kalimat terpokok dari Anderson adalah, ”Wikipedia sebaiknya menjadi sumber informasi pertama, bukan terakhir. Ia menjadi situs menggali informasi, bukan sumber fakta yang definitif.” Faktanya, banyak orang kini lebih jatuh cinta pada Wikipedia ketimbang Britannica. Lebih lengkap, kerap lebih mendalam–meski harus hati-hati agar tak terjerembab. Saya sendiri cukup puas hanya memandangi tumpukan Britannica di lapak buku bekas itu. O, iya, harga satu eksemplarnya lebih mahal ketimbang biaya koneksi Internet di rumah saya selama sebulan. [Yus Ariyanto]

0 komentar:

Post a Comment

saran, komentar dan kritikan anda sangat berharga buat saya, terima kasih.