Sunday, April 12, 2009

1 Desember 1956: Hatta Mengundurkan Diri

Pada 1955, Bung Hatta mengumumkan, bila parlemen dan Konsituante sudah terbentuk, ia akan mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden. Niat untuk mengundurkan diri itu diberitahukannya melalui sepucuk surat kepada ketua Perlemen, Mr. Sartono. Tembusan surat dilayangkan kepada Presiden Soekarno. Setelah Konstituante terbentuk, Hatta memastikan kepada Ketua Parlemen bahwa ia akan meletakkan jabatan sebagai Wakil Presiden pada 1 Desember 1956. Soekarno berusaha mencegah, tetapi Bung Hatta tetap pada pendiriannya.
Hatta merasa tidak cocok lagi dengan Soekarno selaku presiden. Ia menganggap rekannya dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia itu sudah mulai meninggalkan demokrasi dan ingin memimpin dengan cara non-demokratis. Sebagai pejuang demokrasi, Hatta tidak bisa menerima perilaku Soekarno. Dalam sebuah wawancara, putri Hatta, Meuthia, menyatakan, "Setelah agak besar, saya mengetahui pengunduran diri itu dilakukan karena perbedaan prinsip." Pada 1960, Hatta menulis Demokrasi Kita di majalah Pandji Masyarakat. Ini sebuah risalah yang menonjolkan pandangan dan pikiran Anak Minang itu mengenai demokrasi di Indonesia. Tentu saja, tulisan tersebut sarat dengan kritik terhadap praktik Demokrasi Terpimpin saat itu. Setelah Hatta mundur, di Indonesia tidak ada lagi seorang wakil presiden yang mendampingi Soekarno. Praktis sejak 1956-1967, Soekarno menjalankan roda pemerintahan seorang diri. Indonesia baru memiliki wakil presiden pada 1973, bukan untuk mendampingi Soekarno melainkan Suharto.(YUS/dari berbagai sumber)

0 komentar:

Post a Comment

saran, komentar dan kritikan anda sangat berharga buat saya, terima kasih.