Sunday, April 12, 2009

11 Maret 1966: Supersemar Diterbitkan

Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) amat penting karena menjadi dasar legitimasi bagi Mayor Jenderal Soeharto untuk mengambil alih kekuasaan dari Presiden Sukarno. Alkisah, Sukarno menggelar sidang pelantikan Kabinet Dwikora yang disempurnakan atau "kabinet 100 menteri". Pada saat sidang dimulai, Brigadir Jenderal Sabur sebagai panglima pasukan pengawal presiden Tjakrabirawa melaporkan, ada "pasukan tak dikenal" di sekitar istana. Belakangan diketahui, itu adalah Pasukan Kostrad di bawah pimpinan Mayor Jenderal Kemal Idris yang hendak mencokok personel Kabinet yang diduga terlibat G-30-S.
Berdasarkan laporan tersebut, Presiden bersama Wakil perdana Menteri I Soebandrio dan Wakil Perdana Menteri III Chaerul Saleh berangkat ke Bogor dengan helikopter. Situasi ini dilaporkan kepada Soeharto yang saat itu menjabat Panglima Angkatan Darat. Lalu, Soeharto mengutus tiga perwira tinggi AD untuk menemui Soekarno di Istana Bogor, yakni Brigadir Jenderal M. Jusuf, Brigadir Jenderal Amirmachmud, dan Brigadir Jenderal Basuki Rahmat. Tiga utusan itu menyatakan bahwa Soeharto mampu mengendalikan situasi dan memulihkan keamanan bila diberikan surat tugas khusus. Presiden Soekarno setuju dan Supersemar disusun. Tapi, kontroversi merebak kemudian—bahkan sampai hari ini. Terutama soal keaslian teks yang dilansir Orde Baru.(YUS/dari berbagai sumber)

0 komentar:

Post a Comment

saran, komentar dan kritikan anda sangat berharga buat saya, terima kasih.