Sunday, April 12, 2009

7 Januari 1965: Indonesia Keluar dari PBB

Sebuah gedung megah, yang kini jadi gedung DPR/MPR, menurut rencana dibangun untuk penyelenggaraan Conference of the New Emerging Forces (Conefe). Peserta pertemuan adalah the New Emerging Forces (Nefos), negara-negara dunia ketiga. Penyelenggaraan Conefo dimaksudkan untuk menandingi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang ketika itu dikuasai Blok Barat--minimal, dalam persepsi Presiden Sukarno. Karena itu, menurut Sukarno, PBB perlu di-retool dan markas besarnya dipindahkan dari New York.
Sebagai puncak ketidaksenangan pada PBB, pada 7 Januari 1965, Sukarno mengomandokan: "Indonesia keluar dari PBB." Pemicu utama, dan bukan satu-satunya, adalah Malaysia menjadi anggota Dewan Keamanan PBB. Ia berpendapat, Malaysia hanya boneka Inggris, dan konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di kawasan Asia Tenggara. Menurut cerita wartawan senior Alwi Shahab, komando ini diucapkan di hadapan lebih dari 10 ribu massa dalam sebuah rapat umum Anti Pangkalan Militer Asing di Istora Senayan, Jakarta. Keluarnya Indonesia dari PBB ini memperoleh dukungan dari berbagai lapisan masyarakat. Keesokan harinya, ribuan mahasiswa, pemuda, buruh dan tani turun ke jalan-jalan membawa spanduk sambil mengutuk PBB. Pada 28 September 1966, setelah Sukarno jatuh, Indonesia kembali bergabung dengan PBB.(YUS/dari berbagai sumber)

0 komentar:

Post a Comment

saran, komentar dan kritikan anda sangat berharga buat saya, terima kasih.