Sunday, April 12, 2009

18 September 1948: Tragedi Madiun

Di Madiun, Jawa Timur, meletus konflik yang diawali diproklamasikannya "Negara Soviet Republik Indonesia” pada 18 September 1948 oleh Musso, seorang tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada hari itu, laskar-laskar yang bersimpati pada Front Demokrasi Rakyat (FDR) dan PKI merebut obyek-obyek vital. Sejumlah pejabat pemerintahan lokal dibunuh. Maka, melalui corong RRI, Presiden Sukarno menyeru: “Pilih Sukarno Hatta atau PKI-Musso.” Tentara bergerak ke Madiun. Konflik bersenjata tak terelakkan. Ahirnya pada 30 September 1948, TNI dapat menguasai Madiun kembali. Musso sendiri tewas tertembak.
Dalam literatur sejarah, sejatinya ada dua teori besar yang coba menjelaskan insiden yang memakan korban ratusan nyawa ini. Teori pertama mengatakan, dalang Peristiwa Madiun adalah PKI. Menurut teori ini, bekerja sama dengan FDR, PKI hendak merebut kekuasaan dari Pemerintah RI dan menegakkan pemerintahan komunis. Teori kedua menyatakan, pelaku utama tragedi Madiun adalah kabinet yang dipimpin Wakil Presiden M. Hatta. Pada pertengahan Februari 1948, Kabinet Hatta bermaksud melakukan pengurangan jumlah personel TNI, antara lain demi menyusutkan beban keuangan pemerintah. Dalam pelaksanaannya, program rasionalisasi ini mendapat tentangan dari laskar-laskar rakyat, yang disokong kaum kiri, khususnya yang ada di Solo dan Madiun. Laskar-laskar itu merasa telah ikut berjasa dalam Revolusi Kemerdekaan, karena itu tak mau didemobilisasi begitu saja. Mereka bermaksud melawan. Pemeluk teori ini bilang, dalam situasi begini, Hatta memprovokasi kerusuhan di Madiun supaya terbit alasan menyingkirkan kaum kiri. Hingga era Orde Lama, peristiwa ini dinamakan Peristiwa Madiun (Madiun Affairs). Baru pada era Orde Baru, pertikaian ini disebut "Pemberontakan PKI Madiun." (YUS/dari berbagai sumber)

0 komentar:

Post a Comment

saran, komentar dan kritikan anda sangat berharga buat saya, terima kasih.